KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan judul berbagai macam metode pembelajaran.
Makalah ini secara khusus disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Profesi Kependidikan pada Semester III tahun 2013. Makalah ini dapat
terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan kali ini penulis menyampaikan terimakasih pada seluruh pihak yang
telah membantu penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kekeliruan dan
kesalahan yang terdapat pada makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun penulis harapkan dapat disampaikan kepada penulis.
jakarta,
26 september 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ……………………………………………………………………………………………i
KATA
PENGANTAR ………………………………………………………………………………….ii
DAFTAR
ISI ……………………………………………………………………………………………..iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang …………………………………………………………………………………………………..1
B. Rumusan
Masalah ……………………………………………………………………………….2
C. Manfaat
Penulisan …………………………………………………………………….2
D. Metode
Penulisan ………………………………………………………….2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Kurikulum…………………………………………………………………………….3
B. Tujuan
Manajemen Kurikulum…………………………………………………………………….4
C. Prinsip-prinsip
Manajemen Kurikulum……………………………………………..6
D. Unsur-unsur
manajemen pendidikan…………………………………7
E. Peran
guru dalam kurikulum di sekolah……………….8
BAB
III PENUTUP
Simpulan…………………………………………………………………………………………………………………………12
DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………………………………………………………………..ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang
saling berkaitan erat dan menunjang satu sama lain. Komponen-komponen kurikulum
tersebut terdiri dari tujuan, materi pembelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam
bentuk sistem ini kurikulum akan berjalan menuju suatu tujuan pendidikan
dengan adanya saling kerja sama diantara seluruh subsistemnya. Apabila salah
satu dari variabel kurikulum tidak berfungsi dengan baik maka sistem kurikulum
akan berjalan kurang baik dan maksimal.
Berangkat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan
kurikulum sangat diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya.
Dalam proses pengorganisasian ini akan berhubungan erat dengan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan. Sedangkan manajemen adalah
salah satu displin ilmu yang implikasinya menerapkan proses-proses tersebut.
Maka dalam penerapan pelaksanaan kurikulum, seorang yang mengelola lembaga
pendidikan harus menguasai ilmu manajemen, baik untuk mengurus pendidikan
ataupun kurikulumnya.Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang
pengertian, tujuan, fungsi, prinsip-prinsip, ruang lingkup, proses, dan faktor
pendukung serta penghambat manajemen kurikulum, serta hubungan teori
pendidikan dan kurikulum.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah
pada makalah ini adalah:
1. Apa
pengertian dari manajemen kurikulum?
2. Apa
saja tujuan manajemen kurikulum?
3. Bagaimana
prinsip-prinsip manajemen kurikulum?
4. apa
saja unsur-unsur manajemen kurikulum?
5. peran
guru dalam pelaksanaan kurikulum?
C. Manfaat
Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca mengetahui:
1. Apa
pengertian dari manajemen kurikulum
2. Apa
saja tujuan manajemen kurikulum
3. Bagaimana
prinsip-prinsip manajemen kurikulum
4. apa
saja unsur-unsur manajemen kurikulum
5. peran
guru dalam pelaksanaan kurikulum
D. Metode
Penulisan
Pada penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode penulisan dengan
sumber dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen
Kurikulum
Manajemen
berasal dari bahasa Inggris ‘management’ dengan kata kerja to manage, diartikan
secara umum sebagai mengurusi atau kemampuan menjalankan dan mengontrol suatu
urusan atau “act of running and controlling a business” (Oxford, 2005).
Sementara,
Malayu S.P. Hasibuan (1995) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia”
mengemukakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan tertentu.
Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini
meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan,
kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu
kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Kurikulum
berasal dari bahasa Yunani yaitu jarak yang harus ditempuh. Secara sempit atau
tradisional, kurikulum adalah sekedar memuat dan dibatasi pada sejumlah mata
pelajaran yang diberikan guru pada siswa guna mendapatkan ijazah. Sedang secara
modern, kurikulum adalah semua pengalaman yang diharapkan dimiliki peserta
didik dibawah bimbingan guru dengan titik berat pada usaha meningkatkan
kualitas interaksi belajar-mengajar.
Untuk
mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum, para ahli mengemukakan
pandangan yang beragam. Dalam pandangan klasik, lebih menekankan kurikulum
dipandang sebagai kumpulan pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran dan materi
apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah yang disebut kurikulum.
Dalam pandangan
modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau
sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh
Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum “… to be composed of
all the experiences children have under the guidance of teachers”. Dipertegas
lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan bahwa “ …the
curriculum has changed from content of courses study and list of subject and
courses to all experiences which are offered to learners under the auspices or
direction of school”.
Manajeman
kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang komperatif,
komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian
tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus di kembangkan
sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat
Satuan pendidikan (KTSP). oleh karna itu, otonomi yang di berikan pada lembaga
pendidika atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan
memproritaskan kebutuhan dan ketercapaian saran dan visi dan misi lembaga
pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijakan nasional yang telah
ditetapkan.
Manajemen
kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar
manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru
untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya.
Manajemen
kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian
tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi
belajar mangajar. Sedangkan kurikulum sendiri mempunyai arti yang sempit dan
arti yang luas. Kurikulum dalam arti sempit adalah jadwal pelajaran atau semua
pelajaran baik teori maupun praktek yang diberikan kepada siswa selama
mengikuti suatu proses pendidikan tertentu.
Sedangkan dalam
arti luas kurikulum diartikan sebagai berikut. Sebenarnya terdapat tiga jenis
organisasi kurikulum yaitu:
1. Kurikulum
Terpisah (Sparated Subject Curriculum) di mana bahan pelajaran disajikan secara
terpisah – pisah seolah – olah ada batas antara bidang studi dan antara bidang
studi yang sama di kelas yang berbeda.
2. Kurikulum
Berhubungan (Correlated Curriculum) yaitu kurikulum yang menunjukan adanya
hubungan antara mata pelajarah yang satu dengan yan lain. Seperti IPS (gabungan
dari mata pelajaran Sejarah Geografi, Ekonomi, Sosiologi ), IPA (gabungan dari
Fisika, Biologi, Kimia).
3. Kurikulum
terpadu (Integrated Curriculum) yaitu kurikulum yang meniadakan batas – batas
antara berbagai bidang dan didalam mata pelajaran tersebut terdapat keterpaduan
mata pelajaran serta menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unik.
B. Tujuan Manajemen
Kurikulum
Komponen tujuan
berhubungan dengan arah atau hasil yang ingin dicapai. Dalam skala makro,
rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang
dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu yang dicita-citakan
masyarakat. Misalkan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat
Indonesia adalah Pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu
kurikulum adalah membentuk masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro,
tujuan kurikulum berhubungan dengan visi dan misi sekolah serta tujuan-tujuan
yang lebih sempit seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses
pembelajaran.
Manajemen
kurikulum dan pembelajaran bertujuan untuk:
1. Pencapaian
pengajaran dengan menitik beratkan pada peningkatan kualitas interaksi belajar
mengajar.
2. Mengembangkan
sumber daya manusia dengaan mengacu pada pendayagunaan seoptimal mungkin.
3. Pencapaian
visi dan misi pendidikan nasional.
4. Meningkatkan
kualitas belajar mengajar disuatu pendidikan tertentu.
Untuk
mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988) mengemukakan
bahwa tujuan dasar kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
1. Kurikulum
sebagai suatu ide, adalah kurikulum yang dihasilkan melalui teori-teori
dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2. Kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis, adalah sebagai perwujudan dari kurikulum
sebagai suatu ide yang diwujudkan dalam bentuk dokumen, yang di dalamnya memuat
tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
3. Kurikulum
sebagai suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu
rencana tertulis, dan dilakukan dalam bentuk praktek pembelajaran.
4. Kurikulum
sebagai suatu hasil, merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu
kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya
perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
Berdasarkan uraian di
atas bisa disimpulkan bahwa kurikulum merupakan dokumen perencanaan yang
mencakup:
1. Tujuan
yang harus diraih
2. Isi
dan pengalaman belajar yang harus diperoleh siswa
3. Strategi
dan cara yang dapat dikembangkan
4. Evaluasi
yang dirancang untuk mengumpulkan informasi mengenai pencapaian tujuan
5. Penerapan
dari isi dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
Dengan
demikian, pengembangan kurikulum meliputi penyusunan dokumen,
implementasi dokumen serta evaluasi dokumen yang telah disusun. (Wina Sanjaya,
2008).
Dalam
perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa:
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
C. Prinsip-prinsip Manajemen
Kurikulum
Prinsip yang
harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah sebagai
berikut:
1. Produktivitas
Hasil
yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus
dipertimbangkan dalam manajemen kurikilum. Pertimbangan bagaimana agar peserta
didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi
sasaran dalam manajemen kurikulum.
2. Demokratisasi
Pelaksanaan
manajemen kurikulum harus berasaskan pada demokrasi yang menempatkan pengelola,
pelaksana, dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan
tugas dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
3. Kooperatif
Untuk
memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu
adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.
4. Efektifititas
dan efisiensi
Rangkaian
kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektifititas dan efisiensi
untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut
memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relative
singkat.
5. Mengarahkan
visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum
Proses
manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan
tujuan kurikulum. Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen
kurikulum untuk memberikan hasil kurikulum yang lebih efektif, efisien, dan
optimal dalam memberdayakan berbagai sumber daya maupun komponen kurikulum.
D . Unsur-Unsur Manajemen Kurikulum
Dalam
manajemen kurikulum unsur-unsur kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
menjelaskan bahwa komponen kurikulum terdiri atas berikut dibawah ini.
1) Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu
kepada tujuan umum pendidikan berikut.
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar
kecerdasan pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan
pengetahuan, kepribadian akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Tujuan pendidikah menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
2) Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Struktur dan
muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam
Standar Isi, meliputi lima kelompok mata pelajaran berikut.
a. Kelompok mata pelajaran agama dan ahklak mulia.
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Kelompok mata pelajaran estetika.
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
Kelompok mata
pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan kegiatan pembelajaran
sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 pasal 7.
E. peran guru dalam
pelaksanaan kurikulum
Guru sebagai sumber belajar
Peran sebagai
sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Dikatakan
guru yang baik manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik,
sehingga ia benar – benar berperan sebagai sumber belajar bagi peserta didik.
Apapun yang ditanyakan siswa berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang
diajarkannya, ia akan bisa menjawab dengan penuh keyakinan. Ketidakpahaman guru
tentang materi pelajaran biasanya ditunjukkan oleh perilaku – perilaku
tertentu, misalnya teknis penyampaian materi yang monoton, ia lebih sering
duduk dikursi sambil membaca, suaranya lemah, tidak berani kontak mata dengan
siswa, miskin dengan ilustrasi, dll. Perilaku yang demikian dapat menyebabkan
hilangnya kepercayaa pada diri siswa, sehingga guru akan sulit mengendalikan
kelas.
Sebagai sumber
belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru melakukan tiga hal yaitu;
- Guru
memiliki bahan referensi yang lebih banyak daripada siswa. Hal ini untuk
menjaga agar guru memiliki pemahaman yang lebih baik tentang materi yang akan
dikaji bersama siswa, karena dalam perkembangan teknologis informasi yang
sangat cepat bisa terjadi siswa lebih “pintar” dibandingkan guru dalam hal
penguasaan informasi.
-
Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa.
- Guru perlu
melakukan pemetaan tentang materi pelajaran, misalnya dengan menentukan materi
inti (core) yang wajib dipelajari oleh siswa, mana materi tambahan. Melalui
pemetaan semacam ini akan memudahkan bagi guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai sumber belajar.
Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik,
yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi peserta didik dan
lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi
tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
Berkaitan
dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui nilai, norma moral, dan sosial,
serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.
Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam
pembelajaran disekolah dan kehidupan bermasyarakat. Berkaitan dengan wibawa,
guru harus mampu mengambil keputusan secara mandiri (independent), terutama
dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan.
Sedangkan disiplin, guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib
secara konsisten atas dasar kesadaran professional, karena mereka bertugas
untuk mendisiplinkan peserta didik disekolah, terutama dalam pembelajaran.
Guru sebagai pembelajar
Sekarang ini,
perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas
menyampaikan materi pelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan
kemudahan belajar karena, peserta didik bisa belajar dari berbagai sumber
yaitu; radio, telivisi, berbagai macam film pembelajaran bahkan program
internet atau e – learning.
Guru sebagai pembimbing
Guru diharapkan
sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuannya bertanggung jawab
atas kelancaran perjalanan itu. Jadi, sebagai pembimbing guru harus merumuskan
tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan perjalanan yang
harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Semua itu dilakukan
berdasarkan kerjasama dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh
dalam aspek setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakan. Istilah
perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik dalam kelas maupun diluar
kelas.
Guru sebagai pelatih
Proses
pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual
maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih, karena
tanpa latihan pesert didik tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi
dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai
dengan materi standar. Oleh karena itu, guru harus berperan sebagai pelatih,
yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai
dengan potensi masing – masing. Pelatihan yang dilakukan harus juga
memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan lingkungan.
Guru sebagai penasehat
Guru adalah
seorang penasehat bagi peserta didik meskipun mereka tidak memiliki latihan
khusus sebagai penasehat. Agar guru menyadari perannya sebagai penasehat secara
lebih mendalam makaa ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan
mental. Pendekatan psikologis dan kesehatan mental akan banyak menolong guru
dalam menjalankan perannya sebagai penasehat, yang telah banyak dikenal bahwa
ia banyak membantu peserta didik untuk dapat membuat keputusan sendiri.
Guru sebagai agen pembaharu
(innovator)
Inovasi
pendidikan dilakukan guna memecahkan masalah yang dihadapi, agar dapat
memperbaiki mutu pendidikan secara efektif dan efisien. Salah satu bentuk peran
serta yang dapat dilakukan guru terhadap inovasi adalah sebagai agen
pembaharuan. Oleh karena itu, guru harus mampu menerjemahkan pengalaman yang
telah lalu kedalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini,
terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain
maka guru menjadi jembatan jurangn tersebut bagi peserta didik, jika
tidak maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar yang
berakibat tidak menggunakan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Guru sebagai model dan
teladan
Guru merupakan
model dan teladan bagi peserta didik. Oleh karena itu, pribadi dan apa yang
dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar
lingkungannya. Ada beberapa hal yang mendapat perhatian guru dalam
perannya sebagai model dan teladan yaitu; penggunaan gaya bahasa guru
dalam berbicara, gaya kebiasaan guru bekerja, sikap guru melalui pengalaman dan
kesalahan yang dilakukan, pakaian yang menampakkan ekspresi seluruh
kepribadian, hubungan kemanusiaan (dalam hal pergaulan, intelektual moral,
terutama bagaimana berperilaku), proses berpikir dalam hal menghadapi dan
memecahkan masalah, dalam hal pengambilan keputusan, kesehatan (semangat, sikap
tenang, antusias dll).
Mengimplementasikan
peran dan tugas guru tersebut dalam KTSP dalam kelas akan ditemukan hambatan –
hambatan, salah satunya yang sering kali terjadi datangnya dari siswa seperti
mengganggu temannya yang sedang belajar, hal ini terjadi karena kekurang
sandaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota kelas.
Oleh karena itu, sebaiknya guru membuat perjanjian dengan siswa mengenai
peraturan dan prosedur dalam kelas pada awal tahun secara bersama – sama.
Menurut Emmer,
Evertson, dan Worsharn (2003) mengatakan bahwa aturan-aturan dan prosedur
berbeda-beda di setiap kelas tetapi yang pasti di semua kelas aturan – aturan
dan prosedur dikelola secara efektif, karena tidak mungkin bagi seorang guru
atau bagi siswa dalam melakukan instruksi agar dapat bekerja secara produktif
jika mereka tidak mempunyai pedoman dan prosedur tidak yang efisien dan tidak
adanya rutinitas untuk aspek umum dalam kelas dapat menghambat poses
pembelajaran dan menyebabkan perhatian siswa serta minatnya memudar. Oleh
karena itu, sangat penting menegakkan peraturan dan prosedur dalam kelas
seperti yang disebutkan dihampir setiap diskusi tentang pengelolaan kelas yang
efektif. Tahapan – tahapan yang dapat dilakukan dalam membuat
peraturan dan prosedur dalam kelas adalah:
-
Guru harus mempertimbangkan desain fisik ruang kelas sebelum siswa datang ke
kelas.
-
Membuat aturan dan prosedur dalam kelas bersama – sama dengan siswa.
-
Berinteraksi dengan siswa Tentang Kelas Aturan dan Prosedur.
-
Mereview secara berkala Aturan dan Prosedur.
- Membuat
rapat kelas yang dapat berguna dalam menyusun desain dan pemeliharaan peraturan
dan prosedur
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
1. Manajeman
kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang komperatif,
komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian
tujuan kurikulum.
2. Manajemen
kurikulum dan pembelajaran bertujuan untuk:
a. Pencapaian
pengajaran dengan menitik beratkan pada peningkatan kualitas interaksi belajar
mengajar.
b. Mengembangkan
sumber daya manusia dengaan mengacu pada pendayagunaan seoptimal mungkin.
c. Pencapaian
visi dan misi pendidikan nasional.
d. Meningkatkan
kualitas belajar mengajar disuatu pendidikan tertentu.
4. Prinsip yang
harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah sebagai
berikut:
a. Produktivitas
b. Demokratisasi
c. Kooperatif
d. Efektifititas
dan efisiensi
e. Mengarahkan
visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum.
5. unsur-unsur
manajemen kurikulum
a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan
Pendidikan
b. Struktur dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan
6. Peran guru dalam kurikulum
a. Guru sebagai sumber belajar
b. Guru sebagai pendidik
c. Guru sebagai pembelajar
d. Guru sebagai pembimbing
e. Guru sebagai pelatih
f. Guru sebagai penasehat
g. Guru sebagai agen pembaharu (innovator)
h. Guru sebagai model dan teladan
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar